Hotel

Hari kedua, masih kurang sehari lagi sampai pelatihan gue berakhir. Saat ini gue lagi di sebuah hotel bintang tiga di kamar nomor 315. Jendela ada disebelah kanan gue. Di luar jendela hanya ada pemandangan parkir mobil. Ga menarik. Kecuali mobilnya tiba-tiba berubah jadi Transformers main barongsay mungkin lain cerita. 
Ketika pelatihan macam begini, dimana setiap kali pembahasan materi paling ga butuh waktu satu seminggu tapi gue dkk hanya butuh waktu tiga hari bukan karena kami ini jenius tapi lebih ke keterbatasan waktu, dan selama itu pula gue ga pulang ke rumah. Selama itu pula gue ga ketemu emak, pacar, tetangga dan istri tetangga (ah, kesebut pula). 
Jenuh kan? Iya.
Ga juga sih. Front office asli cantik banget. Pacar gue lewaaaaaaaaat. Anu, ralat, pacar gue tetep paling utama kok.
Hotel ini difasilitasi oleh 63 guest room, 1 restoran, dan sebuah ruang untuk hajatan. Disediakan juga spa dan massage yang bisa dipanggil ke kamar. Tiap malam, gue selalu ditelepon sama orang hotel yang nawarin servis spa dan massage.
"Selamat malam, pak. Kami dari Hotel G****-S*** ingin menawarkan spa dan massage. Barangkali bapak berminat?", kata seorang wanita dari seberang telepon.

"Saya belum berminat mbak. Makasih ya." jawab gue sekenanya.
"Ah, bapak belum lihat yang mijat sih. Pasti berminat. Hehehe"
"................" , gue spechless.

Hotel ini sepertinya juga merupakan penginapan favorit bagi ekspatriat yang sedang berbisnis di kota ini. Semalam, gue makan di restoran dan melihat 2 bule lagi beradu argumen. Gue mencoba menyimak, tapi ga ngerti. Ngomongnya cepet banget. Level bahasa inggris gue setara dengan anak bule umur 4 bulan. 

Ga berselang lama, datang 2 orang Asia berumur sekitar 40-an. Dari bicaranya gue yakin mereka orang Korea Selatan, meskipun muka mereka sama sekali ga mirip G-Dragon.
Semalam, gue lihat si bule pesan cappucino, orang Korea pesan jus, dan gue pesan Spaghetti. Ketika makanan gue datang, pelayan hotelnya nyodorin sumpit ke gue.
"Kenapa saya dikasih sumpit? Ini bukannya makanan Italia?" tanya gue bingung.
"Siapa tau bapak pengen ngerasain sensasi berbeda", jawab dia sambil tersenyum, kemudian segera berlalu membawa nampan.  

Ah, yah. Spaghetti rasa Asia?

Comments

Popular posts from this blog

I'm Not Hero

Kepribadian Ganda

Nemu CD