Pada Suatu Hari Ketika Galau (Part 2)

Hari itu siang menjelang sore. Sekitar jam 2, masih 1 jam 30 menit menjelang waktu pulang kantor. Yah, selama puasa, kantor gue pulang jam 15.30. Satu setengah jam lebih cepat dari biasanya. Menyediakan banyak waktu buat gue untuk tidur siang dan menanak beras bantuin ibu di rumah(ini keahlian baru gue, terimakasih magic com).

Ngomong-ngomong soal magic com, seharusnya pen
cipta alat tersebut dapat hadiah nobel. Kenapa? Karena alat tersebut luar biasa serba guna. Bagi yang ga punya magic com, sadarilah kalian dalam kerugian yang sangaaaaaaaaaaaat besar!!

Gue baru tau, ternyata magic com sangat multi fungsi. Kegunaan utama alat ini adalah untuk menanak beras dan menghangatkan nasi serta lauk. Dan apakah kalian tau apalagi yang bisa dilakukan oleh magic com ??

  1. Kalian bisa bikin nasi goreng/ uduk/ kuning dengan magic com
  2. Kalian bisa bikin telur dadar dengan magic com
  3. Kalian bisa bikin pasta, mie instant, dan agar-agar,
  4. Fungsi lain, kalo ada maling kalian bisa lempar magic com ke muka malingnya
  5. Yah, ini fungsi yang biasanya tidak gue rekomendasikan, tapi kalau terpaksa magic com bisa jadi tempat kobokan super gede untuk 5 orang (asalkan ga dicolok ke listrik sih)
Kita akan bahas kegunaan magic com yang lain di posting berikutnya. Ada hal lain yang pengen gue bahas di postingan kali ini.
-------------------------------------------------------------------------------
Gue yakin hampir seluruh dari kalian sudah pernah mengalami masa SMP dan SMA. Masa-masa dimana kehidupan dimulai dari pukul 7 pagi dan berakhir pukul 1 atau 2 siang. Lalu setelah itu kalian pulang dan ibu kalian menyuruh dengan keras untuk tidur siang. Masa dimana kalian mungkin menemukan cinta pertama, kemudian malam-malam mencoba menelepon nomor telepon genggamnya dengan private number (masih ada ga sih?). Lalu begitu nada sambung berganti dengan sapaan "Halo", cepat-cepat kalian putuskan sambungan telepon.
Malu. Bukan. Deg-degan.
Tapi kalian senang karena telah mendengar sedikit suara dari gebetan.
Yang mungkin kalian ga tau, padahal itu adalah suara neneknya.
Gue yakin di sekolah manapun pasti ada seorang atau bisa jadi lebih dari seorang cewek atau cowok yang jadi primadona sekolah. Tipe-tipe cewek atau cowok yang banyak memiliki penggemar. Kebanyakan berebut ingin jadi pacarnya, melakukan banyak cara, menyapa tiap hari, menawarkan jemput antar tiap hari, mengirim hadiah dengan nama pengirim anonim biar kelihatan misterius, atau yang paling frontal : langsung bilang ke orang tuanya ingin menikahinya 10 tahun lagi.

Beberapa diantaranya malah tidak memiliki ambisi untuk jadi pacarnya, sudah cukup senang melihatnya ketika tiba waktunya jam istirahat ketika dia lewat didepan kelas atau ketika berpapasan di kantin sekolah. Atau diam-diam memotretnya ketika dia lengah, lalu foto tersebut disimpan dalam dompet, ketika berkumpul dengan teman sekampung dipamerin lah foto tersebut sambil mengaku sebagai pacar (pengalaman pribadi).

Masa SMP gue ga jauh beda dengan cerita diatas. Ada beberapa cewek populer di sekolah gue, salah satunya pernah satu kelas dengan gue. Gue masih inget, hampir semua teman cowok pernah ngomongin soal dia. Teman-teman cowok yang ga pernah ngomongin Si Cewek Populer ini yang gue tau sekarang jadi gay semua (kaga!!). Secara fisik, dia cantik, meskipun tidak tinggi, kulitnya putih. Ketika dia duduk sebangku sama gue, kelihatan sekali kontrasnya. Seperti sisi baik dan sisi jahat. Dia idola semua pria, gue idola semua waria.

Waktu itu gue pikir cewek populer macam dia ini enak banget. Cari pacar aja gampang, secara cowok yang deketin banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banget.

Apa? Gue? Ga kok, selama gue kenal dia gue ga pernah ada niatan deketin dia untuk jadi pacar. Waktu itu cinta gue sudah berlabuh ke wanita lain. Sailormoon (ngaco).

Yah, intinya, gue berpikir jadi cewek populer itu hampir pasti enteng jodoh.


Kemudian pikiran tersebut berubah ketika kemarin gue terima bbm dari si cewek populer ini.

Beberapa bulan yang lalu, ketika awal jadian dia dengan cowoknya yang baru, dia pernah cerita bakal dijodohkan oleh orang tuanya. Pikir gue "Ajehgileh, ngapain juga sampai dijodohin ? Emang ga ada cowok lagi yang mau sama dia apa?".

Kata dia, karena beberapa kali kisah cinta dia yang gagal, orang tuanya sedikit ragu apakah si cewek populer ini bisa dapat lelaki yang sesuai. Sementara di sisi lain, si cewek populer ini masih ingin mengusahakan asmaranya dengan cowok barunya. Seorang cowok yang gue kenal cukup baik, otaknya cukup brilian, kerja di sebuah perusahaan top. Yah, dua orang yang gue kenal sama baiknya. Gue tentu berharap yang terbaik buat mereka. Begitu juga si cewek populer ini, sangat berharap.

Singkatnya, harapan tinggal harapan. Hanya dalam hitungan bulan. Kalau orang bilang hanya seumur jagung. Meskipun gue juga ga tahu umur jagung sebenernya berapa.

Dia bilang dia mengakhiri hubungan karena si cowok tidak membelanya, tidak memperjuangkannya ketika dia sedang membutuhkannya untuk meyakinkan beberapa pihak. Meyakinkan beberapa hal yang menurut gue sepele, tapi mungkin hal besar bagi si cowok dan si cewek -terutama si cowok- yang akan berimbas bagi kelangsungan asmara mereka. Tapi sayangnya, si cowok tidak melakukan hal itu. Dia punya alasan sendiri kenapa tidak memperjuangkan si cewek. Lalu cerita tinggal cerita.
Waktu awal pacaran dulu, gue mikir gampang kok pacaran. Asal saling sayang cukup. Awalnya. Sampai pada suatu ketika beberapa pihak menentang hubungan gue. Masalah prinsipil lah, inilah, itulah. Sampai akhirnya hubungan gue kandas. Lalu gue coba memulai hubungan baru, kali ini mencoba lebih memilih. Mencoba bermain aman, begitu kata komentator sepakbola. Namun waktu selalu memberikan ujian, ada saja tentangan dari pihak luar, ketidaksetujuan, keberatan, dll.

Tapi pada akhirnya, satu yang gue pegang pada waktu itu : "Yang gue pengen untuk jadi teman hidup gue sampai mati ya cuma dia doang. Ga mau yang lain. Kalau pada akhirnya gue nyerah lagi, gue bakal nyesel seumur hidup." Dan dengan tekad itu gue coba pertahankan apa yang gue ingini, tentu saja dengan pembelaan yang logis. Pada akhirnya waktu pun menyatukan gue dan @sofiana. Atau mungkin karena @sofiana satu-satunya cewek yang mau sama gue. Hehehehe...

Gue ga akan menyalahkan si cowok kenapa tidak memperjuangkan si cewek karena mungkin dia punya alasan yang lebih penting ketimbang memperjuangkan si cewek. Tapi satu yang penting menurut gue, ketika kalian mengucapkan cinta ke seseorang dan mulai menjajaki sebuah hubungan, kalian punya tanggung jawab terhadap perasaan pasangan kalian dan perasaan kalian sendiri, termasuk didalamnya kalian menghargai apa yang dia miliki, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia ingini.

Bukankah pacaran karena kesukarelaan 2 hati yang merasakan hal yang sama dan bukan merupakan paksaan dari hati satu ke hati yang lain.

Semuanya bisa dikompromikan.

Comments

Popular posts from this blog

I'm Not Hero

Kepribadian Ganda

Nemu CD