Sebuah Kejujuran! (Part 2)


Aku menghela nafas panjang. Untuk mendapatkan cinta Irgi, Asty telah berjuang dengan keras dan bukan waktu yang singkat Irgi dapat menjadi kekasih Asty. Irgi memang tipe cowok yang diidolakan para cewek. Selain wajahnya yang imut-imut, Irgi juga terkesan cuek dan dingin ama cewek.


Mereka terlihat begitu bahagia dan dijuluki pasangan serasi. Tapi, itu tidak berlangsung lama, hanya dua bulan mereka terlihat bersama. Setelah itu.. mereka seolah saling membenci. Asty tidak mau menerima keputusan Irgi untuk berpisah tanpa alasan yang jelas. Akibatnya, Asty berlaku kasar dan menyerang siapa saja cewek yang berusaha mendekati Irgi.


Sebagai sahabatnya, aku tahu Asty sangat menderita dengan keadaan ini dan yang lebih membuat Asty sakit hati, Irgi tidak pernah mengungkapkan alasan mengapa dia memutuskan percintaan mereka. Berulangkali aku menasehati Asty untuk melupakan Irgi. Namun, hasilnya nihil. Cinta Asty begitu tulus. Padahal Asty dapat memperoleh lelaki yang lebih segalanya dari Irgi.


Bel berbunyi tanda pelajaran usai membuyarkan lamunanku. Pak Ronipun meninggalkan kelas kami. Aku pikir waktu satu setengah jam mampu meredakan emosi Asty, tapi ternyata tidak.. Asty menghampiri Dian tanpa bisa kucegah..
“Hey.. cewek tak tahu malu.. kamu sudah mengerti dengan ucapanku tadi.. hah?”
Aku tidak menyangka Dian balik berdiri sambil menantang Asty, “Aku tidak peduli dengan ucapanmu. Aku dan Irgi telah berteman sejak kami masih kecil. Jadi kami mau berteman atau pacaran itu bukan urusan kamu. Bukankah kalian sudah putus!?” tandas Dian.
Mendengar ucapan Dian, Asty semakin emosi dan siap melayangkan tamparannya ke muka Dian, tapi ....
“Irgi...” ucapku tertahan.


Baik Asty maupun Dian sama-sama kaget dengan kedatangan Irgi. Pasti ada salah seorang dari teman kami yang pergi memanggil Irgi. Ide bagus, dan aku berharap Irgi dapat meredakan kemarahan Asty.
“Apa-apaan ini!? Aku tidak merasa terhormat kalau kalian bertengkar hanya gara-gara aku!” tandas Irgi sambil menatap tajam kearah Asty.
Asty hanya bisa tertunduk mendengar ucapan Irgi.
“Sebaiknya kamu bicara baik-baik dengan mantan kekasihmu ini, Irgi. Aku tidak mau punya musuh di sekolah ini. Aku datang ke sini bukan untuk berantem berebut cowok,” kata Dian sambil berlalu.
Terlihat Irgi menarik nafas panjang, “Dengar Asty! Diantara kita sudah tidak ada apa-apa lagi. Jadi kamu jangan mencampuri urusanku pribadi aku. Aku mau berteman dengan siapapun itu bukan urusan kamu. Aku harap kamu mau menerima perpisahan yang terjadi diantara kita.” Ucap Irgi sambil berlalu meninggalkan Asty yang hanya bisa menangis. Aku sendiri bingung tidak tahu harus berbuat apa.


***


#besambung...
tunggu postingan selanjutnya Part 3!

Comments

Popular posts from this blog

I'm Not Hero

Nemu CD

Kepribadian Ganda