Sebuah Kejujuran! (Part 1)

“SIALAN..!!” umpat Asty sambil melempar tasnya ke bangku.

Aku yang lagi serius menyalin catatan kemarin yang tak sempat kuselesaikan tersontak kaget, “Ada apa sih? Baru datang sudah marah-marah?!” protesku sambil menatapnya lekat-lekat.


Rona kemerahan di wajah Asty membuatku berpikir pasti ada yang tidak beres nih.


“Aku akan mendamprat cewek sok gaya itu,” kata Asty sambil mengepalkan tinjunya.
“Kamu kenapa sih? Cewek mana maksudmu?” tanyaku ingin tahu.
“Murid yang baru pindah itu. Cari masalah dia denganku! Dia tidak tahu berhadapan dengan siapa rupanya!!?” Jawab Asty dengan suara tinggi.


Wah kacau nih, bakalan ada perang. Pikirku. Aku merinding bukan karena takut tapi aku tahu bagaimana Asty kalau lagi marah, dia bisa berbuat nekad dan tidak takut pada siapapun, kecuali...


“Tenang dulu Asty... kamu jangan emosi begitu donk! Jangan bilang ini ada hubungannya lagi dengan Irgy?” tanyaku hati-hati.
Asty hanya mengangguk sambil memperhatikan setiap murid yang masuk ke kelas. Aduh..Aku memukul kapalaku. Asty pasti lagi menunggu kedatangan Dian, murid baru itu. Aku harus mencegah Asty untuk berbuat konyol lagi. Tapi...
“Hey.... Sini kamu!!?” Teriak Asty pada Dian. Terlambat deh...


Dian yang memang memiliki paras cantik itu hanya melongo kaget. Tetapi, itu hanya sesaat, Dian kemudian menghampiri Asty. Wajahnya tampak tenang.


“Kamu memanggilku?” tanyanya dengan nada datar.
Asty memegang krah baju Dian dan mendekatkan wajahnya, “Dengar yah..cewek sok gaya! Sok cakep! Kamu jangan coba-coba lagi mendekati Irgi!! Karena Irgi adalah milikku. Kalau kamu masih membandel aku tidak akan segan-segan merusak wajahmu yang cantik itu!!” ancam Asty.


“Aduh sudah dong Asty.. malu tahu dilihat anak-anak!”tandasku sambil berusaha melepaskan tangan Asty dari krah baju Dian.
Untunglah kejadian ini tidak berlangsung lama karena Pak Romi, guru matematika telah datang.


“Ada apa ini ramai-ramai? Kembali ke tempat duduk kalian masing-masing!” Perintah Pak Roni yang melihat anak-anak pada berkerumun.


Selama pelajaran berlangsung, Asty kelihatan sangat tegang. Sesekali dia memperhatikan Dian yang aku yakin juga tidak konsentrasi dengan pelajaran Pak Roni. Sialan! Aku ikutan ikutan tidak konsentrasi. Pikiranku selalu pada kejadian tadi. Asty..Asty.. kenapa sih? Bayang-bayang Irgi selalu menghantui kehidupanmu. Padahal diakan cuma masa lalu kamu. Begitu besarkah cintamu padanya sampai kamu tidak rela ada orang lain yang menggantikan posisimu dihatinya.


***
#bersambung...
tunggu postingan selanjutnya part 2!

Comments

Popular posts from this blog

I'm Not Hero

Nemu CD

Kepribadian Ganda