Hidung Sensitip

Indra penciuman gue bisa dibilang memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain.
Gue bisa mencium kentut dari jarak 80 mil!
Oke, boong deng!!

Tidak.
Memang, ada yang spesial dari indra penciuman gue. Bentuk hidung gue yang sedikit mancung dan memiliki 9 lubang hidung membuat gue berbeda dari manusia kebanyakan. Baru-baru ini, demi menormalkan, gue mnutup 7 lubang hidung lainnya.
Sekarang, gue punya 2 lubang hidung.
Kalau diraba dengan jari telunjuk (baca: ngupil), memang sedikit berbeda tekstur lubang kanan dan kiri. Bulu hidung sedikit lebih lebat sebelah kiri ketimbang kanan. entahlah. Mungkin ini karena kecenderungan gue yang secara tidak sadar mengubah persepsi mengupil menjadi mencabuti buku hidung.
Secara ilmiah, rambut-rambut hidung yang dicabuti dengan membabi buta akan menyebabkan terjadinya global warming pada hidung.
Kalau di bumi, global warming menyebabkan pencairan es dalam volume yang lebih besar.
Sementara, efeknya di hidung gue menyebabkan ingus yang menetes secara tidak wajar dan dalam volume luar biasa banyak.

Kesensitifan hidung gue terbukti, ketika minggu lalu gue maen ke Sengkang sama temen2 gue.
Jam 7 pagi, gue terbangun. Sinar matahari masuk dari celah ventilasi. Siluet pakaian dalam yang dijemur terlihat indah ketika gue membuka jendela.
Beha.
Fantastis!!
Mata temen-temen gue terbuka ketika percikan sinar matahari menimpa mata mereka.
Membuat mereka terpaksa mengakhiri mimpi indah.
"Anjing!" umpat mereka keras...
"Makasih", balas gue...
Oke, percakapan yang sangat tidak nyambung....

Tiba-tiba
Mulut gue mencium bau yang sangat menusuk.
Nasi goreng...
Bukan.
Ayam bakar...
Bukan.
Kentut.
Otak mengirimkan sinyal tanda persetujuan dengan membiarkan 2 jari gue menutupi lubang hidung.
"Anjrit!" umpat gue, "Sapa yang kentut!?"
2 temen gue, Rahmad dan Chido salaing berpandangan. Mereka saling menatap pantat. Mencoba mencurigai pantat-pantat keparat. Bom kimia yang diledakkan. Lalu, mereka menatap gue dengan pandangan mencela...
"Nda kentut ja", kata Rahmad
"Ah bukan saya", kata Chido
"Bukan saya juga!!", seru gue...
"Na nda ada je bau nah.", Rahmad ngotot
"Nda ada juga sa cium saya", Chido mengamini
"Tapi kenapa pale bau kentut!!" kata gue

Bingung.
Ini diluar logika
Akal sehat dipermainkan...

Lalu muncul hipotesis dari Rahmad
"HMMM, saya tau kenapa cuma kamu yang cium itu bau kentut."
"Kenapa memang?" tanya gue heran...
"Beleng mu dhe." kata Rahmad lagi
"Kenapa kah?" gue bertanya lagi
"Makanya, kalau punyaki hidung janganki kasih dekat mulut. Mulut belom sikat gigi lagi."
........
.......
....
..

Ini emang guyonan ga mutu....
Tapi beneran kok

Comments

Popular posts from this blog

I'm Not Hero

Kepribadian Ganda

Nemu CD