Arti Menangis dan Manfaat Air Mata
Menangislah, jika itu melegakan perasaan, walau
tangisan tak mengubah suratan.
Menangis bukan sekedar pelampiasan perasaan.
Menangis merupakan reaksi atas tersentuhnya hati oleh sebuah kejadian. Arti air
mata yang tercurah saat menangis merupakan ungkapan perasaan atas kebahagiaan,
kekecewaan juga kesedihan. Tangis adalah anugerah bagi hidup dan hati agar
senantiasa menyadari fitrah kemanusiaan yang begitu indah, tetapi lemah dan tak
berdaya atas kuasa Yang Maha Perkasa. Menjadi refleksi ketiadaan juga
keterbatasan, tiada yang sempurna di dunia dan tak ada keabadiaan atas fana,
semua yang bernyawa akan binasa. Lalu, mengapa kita menangis? Adakah manfaat
air mata kita?
Menangis sudah menjadi identitas manusia sejak dilahirkan, bahkan
bagi bayi, menangis dapat disimbolkan sebagai pemberitahuan bahwa ada masalah
pada bayi, mungkin merasa sakit atau tidak nyaman. Menangis menjadi hal pertama
yang bisa dilakukan generasi Adam dan Hawa di bumi ini. Sebelum bisa bicara,
sebelum mampu tertawa, sebelum siap berjalan, tangis itu sudah ada pada diri
tiap manusia. Tanpa diajarkan pun, semua bayi, semua anak, semua manusia bisa
menangis karena tangis merupakan fitrah yang melekat pada kemanusiaan. Tangis
merupakan bentuk kepekaan yang bisa menjadi alat pendeteksi perasaan seseorang.
Ketika menangis, biarkan menangis, jangan dipendam. Menangis bukanlah kesalahan
yang harus dihakimi. Menangis itu kebebasan jiwa untuk mengungkapakan perasaan
yang tersimpan, yang tersisa dan terbiar di dasar keinginan.
Terlepas dari berbagai alasan yang melatarbelakangi tangisan,
aktivitas mengeluarkan air mata ini ternyata memberikan manfaat, baik secara
psikologis, sosial, medis maupun spiritual. Hal ini didasarkan pada beberapa
penelitian para ilmuwan yang mengaitkan aktivitas menangis dengan efek
psikologis dan medis.
Secara psikologis, menangis mampu membuat perasaan menjadi lebih
baik, nyaman, dan tenang karena tangisan dapat membantu menyingkirkan kimiawi
stres dalam tubuh. Berkaitan dengan ini, ada 4 manfaat menangis.
1. Meningkatkan mood
Menangis bisa menurunkan tingkat depresi seseorang. Dengan
menangis, mood akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena luapan perasaan
atau emosi mengandung 24% protein albumin yang bermanfaat dalam mengatur kembali sistem
metabolisme tubuh. Air mata tipe ini jelas lebih baik dibanding air mata yang
dihasilkan dari iritasi mata.
2. Mengurangi stress
Penelitian menyatakan bahwa air mata ternyata juga mengeluarkan
hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin leucine-enkaphalin dan
prolactin.
3. Melegakan perasaan
Sepertinya, setiap orang merasakan hal ini setelah menangis.
Setelah menangis, berbagai masalah dan cobaan yang mendera, kekesalan dan
amarah yang menyesak, serta goresan sakit hati biasanya berkurang dan
muncullah perasaan lega.
Perasaan lega yang dialami seseorang setelah menangis muncul karena sistem limbik, otak dan jantung menjadi lancar. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Malu menagis sesak di dada, tertahan menjadi ganjalan perasaan yang sewaktu-waktu bisa memporakporandakan pertahanan jiwa, rasa bahkan raga.
Perasaan lega yang dialami seseorang setelah menangis muncul karena sistem limbik, otak dan jantung menjadi lancar. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Malu menagis sesak di dada, tertahan menjadi ganjalan perasaan yang sewaktu-waktu bisa memporakporandakan pertahanan jiwa, rasa bahkan raga.
4. Menjadi penghalang agresivitas
Orang yang sedang memuncak tingkat emosinya, meletup amarahnya
biasanya akan berlaku dan bersikap lebih agresif bahkan bisa berdampak
destruktif. Emosi yang diluapkan dengan menangis mampu menjadi penghalang
agresivitas. Seperti yang diungkapkan Oren Hasson, seorang ilmuwan dari Univesitas Tel Aviv,
Israel, bahwa dengan air mata, seseorang sebenarnya tengah menurunkan mekanisme
pertahanan dirinya dan memberikan simbol dirinya tengah menyerah.
Pernyataan Orren Hasson mengenai turunnya agresivitas seseorang dengan menagis bisa
memberikan sebuah kausalitas terhadap keberadaan dan hubungan seseorang secara
sosial. Menangis bisa membantu seseorang membangun sebuah komunitas. Biasanya
seseorang menangis setelah menceritakan masalahnya kepada teman-temannya atau
seseorang yang bisa memberikan dukungan, dan hal ini bisa meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan juga bersosialisasi. Dengan demikian, hubungan
sosial bisa menjadi lebih dekat, sehingga mampu memupuk persahabatan yang lebih
langgeng. Dalam hubungan kelompok seperti persahabatan atau pertemanan,
menangis bisa dianggap sebagai bentuk keterpaduan antara satu dengan lainnya.
Bahkan ada beberapa kasus yang mengidentifikasikan bahwa menangis bisa
menimbulkan empati seorang musuh untuk tidak menyerang lawannya. Air mata bisa
menjadi senjata yang meluruhkan amarah dan kebencian bahkan mungkin peperangan
(tentunya bukan air mata buaya!). Karena alasan inilah maka banyak jiwa yang
luluh karena tangisan, tersentuh, tergugah bahkan terbelenggu tangisan
seseorang..
Meski demikian, menangis tidak akan selalu manjur dalam beberapa
kondisi. Oleh sebab itu dalam beberapa kesempatan menangis justru tak dapat
memberikan dampak seperti yang diperkirakan. Bahkan sebaiknya dihindari. Dalam
bekerja misalnya, aktifitas menangis bahkan sebaiknya tak perlu ditampakkan.
Mungkin dalam bekerja menangis justru akan ditanggapi sebagai bentuk kelemahan
dan sifat menyerah yang sangat dijauhi dalam dunia kerja. Tapi mungkin tak
berlaku untuk profesi yang menuntut empati.
Dari segi medis, kegiatan mengundang dan mencurahkan air mata ini
memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, khususnya mata. Manfaat tersebut
sebagaimana dikutif dari Beliefnet di antaranya :
1. Membantu penglihatan. Cairan yang keluar dari
mata dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan
menjadi kabur.
2. Membunuh bakteri. Air mata berfungsi sebagai
antibakteri alami. Tanpa obat tetes mata, sebenarnya mata sudah mempunyai proteksi
sendiri. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90-95 % bakteri yang
tertinggal hanya dalam 5 menit. Misalnya, bakteri yang terserap dari keyboard
komputer, pegangan tangga, bersin, serta tempat-tempat yang mengandung bakteri.
3. Mengeluarkan racun. William Frey, seorang ahli biokimia yang telah melakukan
beberapa studi tentang air mata menyatakan bahwa air mata yang keluar saat
menangis karena faktor emosional ternyata mengandung racun. Jadi, keluarnya air
mata yang beracun itu menandakan bahwa racun dari dalam tubuh terbawa dan
dikeluarkan melalui mata.
4. Membantu melawan penyakit. Selain menurunkan
level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh stres seperti tekanan darah tinggi. Bagaimanapun, perasaan tertekan dan
tersakiti bisa membuat seseorang stres. Endapan stres yang terpendam dengan
menahan tangisan inilah yang sering menimbulkan gejala tekanan darah tinggi dan
penyakit lainnya yang dipicu oleh stres.
Menangis tak selalu identik dengan sosok perempuan. Setiap raga
yang memiliki jiwa pasti pernah menangis, setidaknya menangis dalam hati,
menangis ketika masih bayi, dan menangis di hadapan Tuhan. Tangisan tidak
selalu berarti kerapuhan, kecengengan atau kelemahan seseorang. Jika tangisan
bisa melemahkan seseorang, tangisan pun bisa menguatkan ketegaran seseorang
untuk berjuang. Dalam kepasrahan yang dalam, tangisan mampu mengembalikan
kesadaran seseorang kan fitrahnya sebagai manusia dan hamba Yang Maha Sempurna,
sehingga tangisan mampu melarutkan sebuah jiwa dalam doa yang khusyuk, taubat
yang sesungguhnya hingga totalitas penyerahan diri kepada Tuhan.. Ini yang
disebut tangisan spiritual.Tangisan ini yang senantiasa dicurahkan oleh para
Utusan Tuhan serta kaum yang beriman. Menjadi pengantar kesadaran akan
ketidakberdayaan, kelemahan dan kelalaian dalam menghamba. Menjadi penutur
sujud, penyerahan dan kepasrahan dalam taubat demi mengharap maaf Yang Maha
Pemaaf..Ketika Adam dan Hawa diturunkan ke bumi secara terpisah mereka menangis. Tangis taubat sepasang insan ini merupakan
refleksi kesadaran dan realisasi sesal atas dosa yang telah mereka
lakukan. Robbana Ya Robbana dzolamna anfusana waillam tagfir lana
watarhamna lana kunanna minal khosirin. Mereka pun kembali menangis saat dipertemukan dan dipersatukan
kembali oleh Yang Maha Pengampun untuk melahirkan generasi manusia. Tangis
bahagia mereka menjadi ungkapan rasa syukur atas kebesaran-Nya.
Kita sering menangis ketika hati terluka, curhat__mengadukan
sejuta masalah, meminta selaksa kemudahan, memohon segudang rezeki dalam hidup
kita atau sekedar menyatakan ketidakmampuan menghadapi cobaan hidup kepada Yang
Maha Hiidup. Setelah mengadukan semua kepada-Nya, ada setitik tenang dalam
hati, setetes spirit untuk kembali memberdayakan ikhtiar hidup di atas
keyakinan akan pertolongan-Nya. Doa, dzikir dan air mata mampu menutrisi hati
untuk kembali menafaskan-Nya. Di sanalah fitrah itu berkarya, menumbuhkan rasa
sakit, menyisipkan luka dan kecewa, memekarkan kebahagiaan, dalam sebuah
tangisan yang bermakna agar kita menyadari eksistensi dan kekuasaan Yang Maha
Kuasa. Karena itu, menangis yang utama ialah menangis karena dosa, dan tangis
yang sempurna adalah tangisan demi Yang Maha Cinta.
Tuhan tidak pernah menghakimi makhluk-Nya. Segala derita dan
kemelut masalah bukan karena kehendak dan takdir semata, melainkan karena
perbuatan kita sendiri. Maka, jangan menghakimi sebuah tangisan dan bijaklah
menghadapi tangisan karena kita tak pernah benar-benar tahu dalamnya rasa hati seseorang.
Biarkan menangis. Jika tak mampu meredakan, diamlah. Bila tak ingin
menyaksikan, tinggalkan sejenak hingga ia menemukan ruang yang tenang. Mungkin
ia butuh waktu untuk meluapkan perasaan. Mungkin juga butuh jeda untuk berdamai
dengan perasaan dan kenyataan hingga ia mampu untuk mengungkapkan alasan
(karena manusia senantiasa mempertanyakan alasan). Itulah bentuk apresiasi atas
tangisan, tak perlu selalu dengan kata-kata karena di suatu keadaan sikap dan
perlakuan lebih menunjukkan pengertian dan penghargaan. Hidup dan para pemeran
cerita kehidupan butuh apresiasi karena dengan mengapresiasi kehidupan kita
akan menemukan makna hidup. Memberi apresiasi yang pantas untuk sebuah tangisan
pun merupakan wujud memahami dan mengerti hati orang-orang yang kita cintai.
Menangislah, tapi jangan menangisi untuk mempertanyakan keadilan
Tuhan dalam ekspresi ratapan, serta reaksi ketidakyakinan atas kebesaran Yang
Maha Besar. Dengan atau tanpa air mata, tangis tetaplah tangis yang
mengekspresikan perasaan atas kenyataan, atas keadaan.
Comments
Post a Comment